Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2009

Pencerahan

Aku "meninggalkan" blog ini untuk beberapa hari lalu, bukan untuk pergi tak kembali, namun aku pergi untuk membangun blog baru yang kuikutkan lomba blog di sekolahku. Bersama dua orang temanku yang setia ini kutanam pondasi-pondasinya sampai akhirya menjadi sebuah "rumah" yang layak dihuni. Meskipun masih banyak bagian yang perlu pembenahan, tapi cukup puas dengan hasil kerja kami ini. Dari laptop yang selalu online di laboratorium bahasa, dari kawan-kawanku, dan tentu dari Bu Ajeng , banyak kudapatkan pelajaran yang selama ini tak pernah mampir di otakku. Ini tentang cara kita meraih sebuah cita-cita. "Kita harus berani membayar apa yang kita inginkan" bagitulah kata-kata Bu Ajeng yang langsung masuk ke telingaku, melewati saraf-saraf pendengaran dan langsung tersimpan ke database otakku. Itulah kawan, singkat saja, tak ada salahnya kita bercita-cita, namun seberapa berani kita "membayar" cita-cita kita itu? Lakukan sesuatu. Lihat juga disin...

Award dan Pe-eR

Seminggu sudah kuperas otakku untuk mencetak nilai yang ideal di Ujian Semester kali ini, huh..tak apa, aku tidak berubah menjadi orang lain. Aku tetap wahyu . Selesai ujian aku kembali ke dunia maya lagi, kembali ke alamku. he..he..Dan saat kubuka Blog ini ada "tantangan" atau tepatnya Pe-eR dari Om Eko di tipspack . Dan Pe-eR sudah rampung kukerjakan setelah contek sana-sini.Dan selanjutnya aku akan memberikan award ini pada 4 Kawan Blogger . Empat nama yang biasa digunakan temanku untuk memanggil aku: 1. Mawa (itu nama waktu aku masih SD, kepanjangannya: Mas Wahyu, terkesan dibuat-buat ya?) 2. Ade' (selalu kudapat di tempat yang baru kutempati) 3. Senthot (diberi teman-temanku di kampung) 4. Jibow (yang ini nama yang biasa kupakai dikota, pemberian seorang kawan di pondok) Empat tanggal yang paling penting bagiku: 1. Tanggal 1 Ramadhan (Mulai Mengumpulkan uang) 2. Tanggal Idul Fitri (Banyak makanan) 3. Tanggal Ultah Ortu (bohong !!) 4. Tanggal...

Memaknai Bumi

Diatas bukit yang menyerupai lukisan Kabut bagaikan dinding tebal Yang menopang udara, musim menjadi tangga Antara yang sementara dengan yang kekal Yang nampak terlihat dengan yang tdak terlihat Pohon-pohon berbaris melingkari danau Seperti deretan usiaku yang risau Menjelma burung-burung kecil, kecipak-kecipak air Jalan setapak yang terus mengalir. Semakin ke tenggara Rumput-rumput basah menghamparkan kata-kata Kumaknai setiap butir embun yang melepuh Di tubuh daun. Kumaknai jejak-jejakku yang sunyi Kenangan-kenanganku yang kehilangan puisi Ketika memberi atau menerima, ikhlas atau terpaksa Menjadi tidak jelas lagi batasannya diantara kita Di sawah-sawah yang menyerupai tapestri Gerimis bagaikan jalinan benang emas Yang mengurung senja. Kesedihanku memaknai tanah Tanah air kita yang terbelah. Kepedihanku memaknai bumi Bumi percintaan kita yang tinggal onggokan sampah. Acep Zamzam Noor

Makhluk dari Hutan

Cerita ini bermula saat suatu hari aku dan teman-temanku ikut bimbingan belajar gratis di sebuah Lembaga Bimbingan Belajar di Kota Kediri . Kami berangkat dari sekolah dengan naik sepeda motor. Ngeeng...wuz..membelah keramaian jalan kota, Ngebut. Dan seolah-olah the changcuters ikut mengiringi keberangkatan kami. Gila-gilaan bersama teman-teman, gila-gilaan di akhir pekan. Gila-gilaan , gila-gilaan, gila-gilaan. Sampai di tempat les kami langsung masuk dan ikut les dengan hati riang gembira. setelah satu jam setengah, les usai dan kami sholat di musholla yang ada disana. Aku telah usai sholat saat beberapa temanku baru masuk Musholla, kutaruh tas dan duduk-duduk di depan ruang pengajar yang letaknya bersebelahan dengan Musholla tadi. Kurasakan mulutku kering dan kerongkonganku seperti baru dijemur, lalu aku tengok kanan-kiri mencari teman yang kira-kira membawa air minum (maklum, orang miskin. Eh, memang tuhan sayang aku, kulihat ada dispenser tak jauh dariku. Langsung kuperiksa a...