Langsung ke konten utama

Makhluk dari Hutan


Cerita ini bermula saat suatu hari aku dan teman-temanku ikut bimbingan belajar gratis di sebuah Lembaga Bimbingan Belajar di Kota Kediri. Kami berangkat dari sekolah dengan naik sepeda motor. Ngeeng...wuz..membelah keramaian jalan kota, Ngebut. Dan seolah-olah the changcuters ikut mengiringi keberangkatan kami. Gila-gilaan bersama teman-teman, gila-gilaan di akhir pekan. Gila-gilaan, gila-gilaan, gila-gilaan.
Sampai di tempat les kami langsung masuk dan ikut les dengan hati riang gembira. setelah satu jam setengah, les usai dan kami sholat di musholla yang ada disana. Aku telah usai sholat saat beberapa temanku baru masuk Musholla, kutaruh tas dan duduk-duduk di depan ruang pengajar yang letaknya bersebelahan dengan Musholla tadi. Kurasakan mulutku kering dan kerongkonganku seperti baru dijemur, lalu aku tengok kanan-kiri mencari teman yang kira-kira membawa air minum (maklum, orang miskin. Eh, memang tuhan sayang aku, kulihat ada dispenser tak jauh dariku. Langsung kuperiksa apakah ada label harganya atau tidak, aku khawatir kalau nanti etelah minum disuruh membayar. Setelah memastikan bersih dari label rupiah, langsung saja kuambil gelas di atas dispenser itu dan menaruhnya di bawah tempatnya air keluar yang warna biru. Lalu dengan cekatan kutekan tombolnya, tapi kok tidak keluar air? lalu ganti kuputar tombol tadi. Tetap tidak keluar airnya. Aku mulai gugup, apalagi setelah tahu ada seorang pengajar yang memperhatikanku. Beberapa kali kucoba namun tak juga ada air yang menetes,Pak pengajar itupun semakin memperhatikan aku. Dan karena gugup bercampur rasa tak ingin disebut sebagai orang kuno atau makhluk dari hutan yang tak bisa mengeluarkan air dari dispenser, akhirnya kuputuskan untuk berpura-pura minum air di gelas itu. Jakunkupun kubuat seolah-olah sedang minum, "hebat bukan main aktingku" fikirku dalam hati. Namun tanpa kuduga Bapak pengajar tadi malah menghampiri aku dan berkata : "begini lho mas caranya, gelas ditaruh, tombol ditarik". Ups, ternyata Bapak ini tahu kalau aku tadi hanya berpura-pura minum. Muka ini rasanya ingin lepas dari kepalaku, malu bukan main.
Itulah ceritaku kawan, Sekedar saran buatmu yang masih malu-malu bertanya. hilangkan rasa itu agar tak sesat di dispenser, sebelum terjadi hal yang lebih memalukan padamu. Ingat! malu bertanya sesat di dispenser. He..He.. :)



Apakah kawan pernah mengalami hal-hal yang lucu? ya sudah, kalau yang memalukan? kok diam? Hey jawab!
ya sudah kalau memang tidak mau cerita, biar aku yang ambil giliran. Sebelumnya tolong siapkan kopi dan makanannya.

Komentar

  1. postingan yang manab dan menggembirakan bagi pembacanya...ngomong-ngomong udah ngopi belum ayo silahkan ngopi sembari mampir ke blog ku ok...apalagi kalau mau follow...wah seneng banget dan merupakan kehormatan bagiku yang tak terkira

    BalasHapus
  2. salam kenal dari blogger baru nich

    BalasHapus
  3. ayo rame-rame nge blog ya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bicara Tentang Pacaran

"Lebih baik langsung menikah daripada pacaran, aman." Seingatku begitu kata guruku saat berkomentar tentang tren anak muda sekarang : Pacaran. Tak ada yang salah dengan pendapat itu, malah secara sederhana bisa dikatakan benar. Namun saat kata-kata itu diucapkan pada anak-anak usia SMA rasanya terlalu berat. Tentu saja anak SMA belum siap untuk membangun rumah tangga baru diatas kata menikah. Tidur saja masih ikut emak. Selain itu pacaran dianggap banyak sisi negatifnya dibanding yang positif. Sudah sering saya jumpai cewek (saya sebut cewek karena saya anggap belum dewasa) yang hamil disaat masih pacaran. Jadi kesimpulan akhir dari kutipan diawal tadi adalah tidak usah pacaran. Apa sih enaknya pacaran? mungkin hanya manis diawal, saat sang pasangan baru mengatakan cinta. Jalan-jalan berdua, pergi nonton di bioskop, duduk berdua, bermanja-manjaan, bermesraan, atau yang parah sampai ML. Itu sebagian aktifitas saat pacaran yang saya tahu. Tak ada yang istimewa, kita pun bisa j...

Program Baru, Masalah Baru?

Aku hanya terdiam saat membaca sebuah selebaran dengan logo sebuah lembaga bimbingan belajar di bagian atasnya. Setelah tahu selebaran itu dikeluarkan oleh lembaga bimbingan belajar itu, minatku untuk membacanya semakin menipis. Karena kufikir selebaran itu hanya sebuah media promosi belaka. Selang waktu berganti, saat aku baru mengisi perutku yang langsing inio, aku mampir di sebuah warung kopi tempatku biasa nongkrong, dan kubaca berita di koran sama dengan di selebaran tadi. Jadi akhirnya aku tahu jika selebaran itu bukan hanya media promosi buta. Ini adalah berita besar kawan, yang menginvasi sebagian ruang otakku yang sempit. Menteri pendidikan baru punya program menghapus SNMPTN. Program yang bagus, penghapusan SNMPTN akan mempermudah jalan bagi calon-calon mahasiswa auntuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri yang diminatinya. Nilai UANpun akan lebih dihargai sebagai hasil kerja keras pelajar, karena selama ini nilai UAN hanya sebagai penghias di lembaran SKHUN. Padahal UAN...