Langsung ke konten utama

Program Baru, Masalah Baru?



Aku hanya terdiam saat membaca sebuah selebaran dengan logo sebuah lembaga bimbingan belajar di bagian atasnya. Setelah tahu selebaran itu dikeluarkan oleh lembaga bimbingan belajar itu, minatku untuk membacanya semakin menipis. Karena kufikir selebaran itu hanya sebuah media promosi belaka.
Selang waktu berganti, saat aku baru mengisi perutku yang langsing inio, aku mampir di sebuah warung kopi tempatku biasa nongkrong, dan kubaca berita di koran sama dengan di selebaran tadi. Jadi akhirnya aku tahu jika selebaran itu bukan hanya media promosi buta. Ini adalah berita besar kawan, yang menginvasi sebagian ruang otakku yang sempit. Menteri pendidikan baru punya program menghapus SNMPTN.

Program yang bagus, penghapusan SNMPTN akan mempermudah jalan bagi calon-calon mahasiswa auntuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri yang diminatinya. Nilai UANpun akan lebih dihargai sebagai hasil kerja keras pelajar, karena selama ini nilai UAN hanya sebagai penghias di lembaran SKHUN. Padahal UAN yang mengujikan pelajaran dari 3 tahun masa SMA. Padahal pula banyak siswa tegang dan stres akibat UAN. Adilkah jika hasilnya hanya dijadikan pelengkap dokumen kelulusan?
Dihapusnya SNMPTN juga akan menyederhanakan proses upgrade level dari siswa jadi mahasiswa, calon mahasiswa tak akan kerja dua kali untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri, tak perlu repot-repot dua kali ujian. Seperti yang kita ketahui selama ini pelajar SMA harus kerja keras menempuh UAN kemudian harus diperas lagi di SNMPTN. Capek kan?
Akan tetapi kawan, dihapusnya SNMPTN juga akan memunculkan masalah-masalah baru bagi dunia pendidikan kita. Tidak tahukah engkau jika nilai UAN di Negeri ini banyak yang fiktif? Ya kalau tidak fiktif mungkin hasil merger lembar jawaban. Selain itu juga banyak jawaban-jawaban UAN yang merembes melalui "atap-atap" sekolah. Ya..begitulah adanya kawan, terlalu naif jika kita menutup mata dari fakta-fakta itu.
Jika SNMPTN dihapus, bisa dibayangkan banyaknya mahasiswa-mahasiswa bermodal ijazah dan kantong tebal yang akan memenuhi Universitas-universitas di seluruh Nusantara. Jika berlanjut terus sampai bertahun-tahun kondisi itu akan menumbuhkan masalah-masalah baru di berbagai bidang di negeri ini. Tentu itu karena sarjana-sarjana hasil cetakan Perguruan Tinggi yang sebenarnya hanya tercetak pada lembaran kertas buram. Beberapa rangkaian itu akan memperburuk dunia pendidikan kita, dan mungkin pengangguran akan semakin meluas.
Jadi apa yang harus kita lakukan?

Komentar

  1. salam sobat
    artikelnya menarik..
    ya memang hanya modal ijazah dan ksntong tebal
    yang akan memenuhi Universitas2 di seluruh nusantara.,,kalau begitu ..ya,,
    memprihatinkan,,,

    BalasHapus
  2. beneran nih gan???
    tapi kata temenku, simak UI masih diadain pas maret ntar. ato dihapusnya tahun ajaran depan ya??? hmmm
    nice post gan!

    ada yang baru ditempatku, mampir yaaa :D

    BalasHapus
  3. Kubaca dikoran se gitu,,
    ya kita tunggu saja pngumumannya..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bicara Tentang Pacaran

"Lebih baik langsung menikah daripada pacaran, aman." Seingatku begitu kata guruku saat berkomentar tentang tren anak muda sekarang : Pacaran. Tak ada yang salah dengan pendapat itu, malah secara sederhana bisa dikatakan benar. Namun saat kata-kata itu diucapkan pada anak-anak usia SMA rasanya terlalu berat. Tentu saja anak SMA belum siap untuk membangun rumah tangga baru diatas kata menikah. Tidur saja masih ikut emak. Selain itu pacaran dianggap banyak sisi negatifnya dibanding yang positif. Sudah sering saya jumpai cewek (saya sebut cewek karena saya anggap belum dewasa) yang hamil disaat masih pacaran. Jadi kesimpulan akhir dari kutipan diawal tadi adalah tidak usah pacaran. Apa sih enaknya pacaran? mungkin hanya manis diawal, saat sang pasangan baru mengatakan cinta. Jalan-jalan berdua, pergi nonton di bioskop, duduk berdua, bermanja-manjaan, bermesraan, atau yang parah sampai ML. Itu sebagian aktifitas saat pacaran yang saya tahu. Tak ada yang istimewa, kita pun bisa j...

Makhluk dari Hutan

Cerita ini bermula saat suatu hari aku dan teman-temanku ikut bimbingan belajar gratis di sebuah Lembaga Bimbingan Belajar di Kota Kediri . Kami berangkat dari sekolah dengan naik sepeda motor. Ngeeng...wuz..membelah keramaian jalan kota, Ngebut. Dan seolah-olah the changcuters ikut mengiringi keberangkatan kami. Gila-gilaan bersama teman-teman, gila-gilaan di akhir pekan. Gila-gilaan , gila-gilaan, gila-gilaan. Sampai di tempat les kami langsung masuk dan ikut les dengan hati riang gembira. setelah satu jam setengah, les usai dan kami sholat di musholla yang ada disana. Aku telah usai sholat saat beberapa temanku baru masuk Musholla, kutaruh tas dan duduk-duduk di depan ruang pengajar yang letaknya bersebelahan dengan Musholla tadi. Kurasakan mulutku kering dan kerongkonganku seperti baru dijemur, lalu aku tengok kanan-kiri mencari teman yang kira-kira membawa air minum (maklum, orang miskin. Eh, memang tuhan sayang aku, kulihat ada dispenser tak jauh dariku. Langsung kuperiksa a...