Beberapa hari terakhir ini medsos ramai dengan isu pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid. Di twitter, kasus ini sempat menjadi tagar yang paling banyak dipakai di Indonesia, baik dengan #belakalimattauhid maupun #makarberkedoktauhid yang saat saya mengetik tulisan ini masih menjadi yang paling populer di Indonesia.
Di instagram pun demikian, banyak kawan saya yang membicarakan hal ini, dan hampir semua mengutuk tindakan pembakaran tersebut.
Saya menulis ini dengan motivasi untuk mengabadikan sudut pandang pribadi saya, yang bisa jadi nanti berubah seiring waktu, dan sebagai pemicu diskusi yang sehat dengan pembaca.
Asal muasal kehebohan ini adalah video beberapa anggota Banser Garut yang membakar kain berwarna hitam dengan tulisan Arab berwarna putih. Tulisan tersebut secara harfiah berarti 'Tiada Tuhan selain Allah', lazim disebut kalimat Tauhid oleh pemeluk Islam.
Banyak dari saudara muslim yang tersulut emosi setelah menonton video tersebut, namun saya sarankan pembaca jangan ikut emosi. Kalau Saudara adalah muslim dan turut emosi, hendaknya Saudara ingat tiga hadits berikut ini.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” [HR al-Bukhâri].
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” [HR al-Bukhâri].
اربعةٌ منْ جوارح الإنسان يزيلها بأربعة أشياء:العقل يزيلها الغضب, والدين يزيلها الحسد, والحياء يزيلها الطمع والعمل الصا يزيلها الغيبة.
Rasul SAW bersabda : Ada 4 macam mutiara yang ada pada diri manusia tapi bisa hilang dengan 4 perkara yang lain yaitu :
1. Akal, (akal akan hilang oleh marah)
2. Agama, (agama akan hilang oleh hasud)
3. Rasa malu, akan hilang oleh thoma' selalu berharap pemberian orang lain
4. Amal sholeh, (amal sholeh akan hilang oleh kebiasaan membicarakan keburukan orang lain)
1. Akal, (akal akan hilang oleh marah)
2. Agama, (agama akan hilang oleh hasud)
3. Rasa malu, akan hilang oleh thoma' selalu berharap pemberian orang lain
4. Amal sholeh, (amal sholeh akan hilang oleh kebiasaan membicarakan keburukan orang lain)
"Wahai Muawiyah, jauhilah dirimu dari pada marah. Sesungguhnya marah itu dapat merusak iman, sebgaimana jadam dapat merusak madu " (H.R Baihaqi dan Ibnu Asakir).
Sudah jelas, Rasulullah SAW melarang kita marah agar kita dapat menggunakan akal dengan baik, begitu pula dalam menyikapi video tersebut.
Patut diingat bahwa yang pelaku pembakaran bendera tauhid di video tersebut adalah anggota Banser. Banser adalah pasukan serbaguna di bawah Nahdlatul Ulama (NU), organisasi muslim independen terbesar di dunia. Yang perlu dikritisi adalah kok bisa anggota organisasi islam membakar bendera bertuliskan kalimat tauhid? Apa motifnya?
Sambil membakar bendera tersebut, para pelaku terdengar menyanyikan lagu, yang ternyata adalah lagu Syubbanul Wathon atau Cinta Tanah Air. Lagu ini adalah ciptaan pendiri NU KH Wahab Hasbullah dan kerap dinyanyikan oleh kader NU sebagai lagu perjuangan dan kebangkitan. Di video, seorang anggota banser juga meminta kawannya mengibarkan bendera merah putih sambil bernyanyi. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa tindakan pembakaran ini ada hubungannya dengan semangat cinta tanah air Indonesia.
Pertanyaan selanjutnya, apa hubungannya semangat cinta tanah air dengan membakar kain hitam bertuliskan kalimat tauhid? Pengurus banser telah menyatakan bahwa mereka menganggap bendera tersebut sebagai bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), organisasi yang telah dibubarkan dan dilarang oleh pemerintah karena dianggap makar. Dengan demikian, kejadian yang terekam di video seharusnya tidak lagi menjadi polemik karena para pelaku membakar bendera tersebut sebagai bentuk cinta tanah air.
Akan tetapi, masalah ternyata belum selesai. Beberapa pihak, bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat, menyatakan bahwa bendera yang dibakar bukanlah bendera HTI, tetapi bendera Rasulullah Ar Raya, atau bahkan murni kalimat tauhid. Sebagai konsekuensinya, membakar bendera tersebut sama dengan menistakan agama Islam.
Sebelum membahas tentang bendera dan kalimat tauhid, kita perlu kembali bertanya, apakah mungkin anggota organisasi islam terbesar dunia beramai-ramai secara terang-terangan menistakan agamanya sendiri? Kalau jawabannya mustahil, seharusnya polemik ini selesai. Kita umat islam tak perlu merasa dihina karena sejatinya para anggota Banser tidak hendak melecehkan agama islam, tapi HTI.
Akan tetapi tentu ada di antara kita yang tetap merasa Banser telah menodai islam karena sejatinya bendera tersebut adalah bendera Rasulullah, meskipun kemudian akhirnya dipakai HTI. Pertanyaannya kemudian adalah, adakah bukti bahwa bendera Rasulullah seperti itu? Mari simak hadits berikut ini.
Ibnu Abbas berkata.
كَانَتْ رَايَةُ رَسُوْلِ اللهِ سَوْدَاءَ وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضُ مَكْتُوْبٌ عَلَيْهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ
“Bendera (pasukan) Rasulullah itu hitam dan panjinya itu putih yang bertuliskan di atasnya ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah,’”(HR At-Thabarani).
Beberapa ahli hadits menganggap hadits ini lemah, beberapa menganggapnya kuat. Dalam ilmu hadits, apabila ditemukan dua pendapat bertentangan seperti ini, pendapat yang diutamakan adalah yang memberikan penilaian negatif. Artinya kita tidak dapat menggunakan hadits ini sebagai dasar argumen.
Hadits di atas hanya memberikan informasi tentang warna dan tulisan bendera Rasulullah, dari mana kita tahu khat (karakter font) seperti apa yang digunakan oleh Rasulullah? Mengingat Jabhat Al Nushra (cabang Al Qaeda) dan ISIS juga menggunakan bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid, tapi dalam khat dan aksesoris yang berbeda. Sejauh ini saya belum menemukan referensi untuk memastikan apakah bendera yang dibakar oleh Banser adalah persis bendera Rasulullah. Artinya, bisa jadi bendera Rasulullah bukan seperti yang dibakar Banser.
Terlepas dari urusan bendera, apabila kita menganggap kain hitam bertuliskan kalimat tauhid tersebut sebagai murni tulisan kalimat tauhid (bukan bendera), bagaimana seharusnya kita memperlakukannya?
Di media sosial beredar hadits qudsi berikut ini.
Hadits qudsi ini menunjukkan keutamaan kalimat tauhid sehingga (seolah-olah kita disuruh berpikir bahwa) kita tidak boleh memperlakukan seenak hati apalagi membakar. Faktanya, versi lengkap hadits qudsi ini adalah sebagai berikut.
Syaikh Muhammad at-Tamimiy berkata:
وعن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال
Dan dari Sa’iid al-Khudriy radhiyallaahu ‘anhu dari Rasuulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam, beliau bersabda:
قال موسى عليه السلام : يا رب علمني شيئاً أذكرك وأدعوك به ، قال : قل يا موسى لا إله إلا الله . قال : كل عبادك يقولون هذا ، قال : يا موسى لو أن السموات السبع وعامرهن غيري والأرضين السبع في كفة ، ولا إله إلا الله في كفة ، مالت بهن لا إله إلا الله
”Berkata Musa Alayhissalaam: ‘Wahai Rabb, ajarkanlah padaku sesuatu yang dengannya aku berdzikir kepadaMu dan berdoa kepadaMu’. Maka (Allah) berfirman: ‘Wahai Musa, Ucapkanlah: ‘Laa ilaaha illallaah’. Berkata (Musa) : ‘Setiap hambaMu mengucapkan hal ini’. (Allah) berfirman: ‘Wahai Musa, seandainya langit yang tujuh serta seluruh penghuninya, selain Aku, dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu sisi timbangan dan kalimat Laa ilaaha illallaah diletakkan pada sisi lain timbangan, niscaya kalimat Laa ilaaha illallaah lebih berat timbangannya’…”
Jadi, konteks keutamaan kalimat tauhid dalam hadits tersebut adalah untuk berdzikir, bukan dalam wujud tulisan, apalagi bendera.
Tulisan kalimat tauhid memang wajib dimuliakan, tidak boleh asal ditulis dan diletakkan. Oleh karena itu ulama Syafiiah menganggap makruh hukumnya menulis kalimat tauhid di benda/barang yang sulit dijaga kemuliaannya. Bahkan ulama mazhab Maliki menganggap ini sebagai haram, dan justru dianjurkan untuk menghilangkannya dengan air atau membakarnya.
Sepertinya memang sulit menganggap anggota Banser yang membakar bendera hitam tersebut berniat menyelamatkan kemuliaan kalimat tauhid. Seperti yang saya sebutkan di atas, kemungkinan motifnya adalah semangat nasionalisme. Namun, dari sudut pandang hukum islam tindakan membakar tulisan kalimat tauhid tersebut tidak salah.
Dari sudut pandang kehidupan bermasyarakat, tindakan tersebut dapat dianggap salah dan sebaiknya dihindari karena mempertimbangkan kemungkinan menimbulkan polemik dan perdebatan. Apalagi pada masa yang semua berita bisa digoreng seperti sekarang.
Bagaimanapun juga, marah dan saling memaki hanyalah memperkeruh keadaan. Menunjukkan kecintaan kita pada kalimat tauhid dengan cara demikian tidak menambah derajat kita di hadapan Allah. Ada cara lain menunjukkan identitas keislaman kita yang lebih utama daripada membuat status di media sosial, seperti dalam rangkaian hadits yang dijalin oleh Syaikh Yusuf Makassari berikut ini.
“Agama adalah mengenal Allah (ma’rifatullah). Mengenal Allah adalah berlaku dengan akhlak (yang baik). Akhlak (yang baik) adalah menghubungkan tali kasih sayang (silaturrahim). Dan silaturrahim adalah memasukkan rasa bahagia di hati sesama.”
Acyiiik dibacanya, tanpa tendensi. Tetap lezat meskipun tanpa micin, dan tidak utk digoreng lagi ...
BalasHapusBoleh diangetin biar besok bisa dimakan lagi
Hapus