Langsung ke konten utama

Postingan

Memaknai Bumi

Diatas bukit yang menyerupai lukisan Kabut bagaikan dinding tebal Yang menopang udara, musim menjadi tangga Antara yang sementara dengan yang kekal Yang nampak terlihat dengan yang tdak terlihat Pohon-pohon berbaris melingkari danau Seperti deretan usiaku yang risau Menjelma burung-burung kecil, kecipak-kecipak air Jalan setapak yang terus mengalir. Semakin ke tenggara Rumput-rumput basah menghamparkan kata-kata Kumaknai setiap butir embun yang melepuh Di tubuh daun. Kumaknai jejak-jejakku yang sunyi Kenangan-kenanganku yang kehilangan puisi Ketika memberi atau menerima, ikhlas atau terpaksa Menjadi tidak jelas lagi batasannya diantara kita Di sawah-sawah yang menyerupai tapestri Gerimis bagaikan jalinan benang emas Yang mengurung senja. Kesedihanku memaknai tanah Tanah air kita yang terbelah. Kepedihanku memaknai bumi Bumi percintaan kita yang tinggal onggokan sampah. Acep Zamzam Noor

Makhluk dari Hutan

Cerita ini bermula saat suatu hari aku dan teman-temanku ikut bimbingan belajar gratis di sebuah Lembaga Bimbingan Belajar di Kota Kediri . Kami berangkat dari sekolah dengan naik sepeda motor. Ngeeng...wuz..membelah keramaian jalan kota, Ngebut. Dan seolah-olah the changcuters ikut mengiringi keberangkatan kami. Gila-gilaan bersama teman-teman, gila-gilaan di akhir pekan. Gila-gilaan , gila-gilaan, gila-gilaan. Sampai di tempat les kami langsung masuk dan ikut les dengan hati riang gembira. setelah satu jam setengah, les usai dan kami sholat di musholla yang ada disana. Aku telah usai sholat saat beberapa temanku baru masuk Musholla, kutaruh tas dan duduk-duduk di depan ruang pengajar yang letaknya bersebelahan dengan Musholla tadi. Kurasakan mulutku kering dan kerongkonganku seperti baru dijemur, lalu aku tengok kanan-kiri mencari teman yang kira-kira membawa air minum (maklum, orang miskin. Eh, memang tuhan sayang aku, kulihat ada dispenser tak jauh dariku. Langsung kuperiksa a...

Sibuk Mencari Tutorial

Air hujan yang turun siang ini tak sedingin angin malam di kotaku, begitu dinginnya angin malam ini sampai membuat saluran pernafasanku ingin melemparkan apapun yang masuk kedalamnya, ya, aku terus-terusan bersin sampai kepala ini pusing. Namun tetap kulanjutkan aktifitasku di bilik sebuah warung internet. Aku tidak sedang mencari video porno , freeware , atau foto artis cantik, melainkan sedang mencari tutorial nge-blog di internet. Seperti lagunya Saykoji , aku selalu online dengan flashdisk menggantung di leherku. Tak seperti biasanya, hariku akhir-akhir ini penuh dengan internet. Di sekolah akupun sempat singgah di depan jendela dunia maya ini, setelah itu pulang, dan seusai maghrib aku online lagi di warnet sampai mataku bergaris bawah dan jalanku tak lurus lagi, mirip orang mabok . Memang kini aku harus belajar membuat blog sebagus mungkin, karena aku secara tak sengaja terdaftar menjadi kontestan lomba blog di sekolahku. Sungguh nasib memang sulit ditebak. Akhirnya akupun mat...