Langsung ke konten utama

Aku, mereka, dan Tuhan



Sejenak ini kurasa terperangkap dalam hidupku
Dalam runtutan monoton yang konstan
Berjalan di atas garis yang sama,
Yang linier berrumus.

Ah..bosan hidup tanpa liku
Ingin kubuat likuku sendiri,
Tapi kata orang itu anomali.
Itu tabu, nakal, menantang, gila, kurang kerjaan.

Entahlah,
Selalu ingin ku dobrak setiap pagar
Selalu ingin ku langgar setiap peraturan
Selalu ku ingin keluar dari kebiasaan
Menyeberang dari kepadatan jalan
Bergabung dengan orang-orang kesepian.

Kini selalu ingin ku rasakan berjalan ditengah arus
Dengan sadar tuntutan dan tetap mendobrak peraturan
Tapi kata orang itu munafik, kafir.

Jika hidup ini ibarat lautan
Aku tak akan menyeberang di atas perahu
Ingin ku berenang dan menyelaminya
Seumpama hidup ini dua buah pulau yang terpisahkan selat
Aku akan selalu berpindah dari pulau datu ke pulau lain
Meski aku akan lelah dan tenggelam.

Sejenak ingin kutanyakan Tuhan
Apakah hanya aku yang ingin berpindah-pindah dan setia di tengah jalan?
Mengapa orang-orang setia pada garis lurusnya?
Tak inginkah mereka mencoba yang lain?
Mengapa pula orang lain selalu berada di jalan yang licin?
Tak inginkah mereka berjalan dengan tenang?
Setiap orang berbeda
Begitu mungkin jawabmu
Ini sudah takdir
Semua orang punya takdir masimg-masing
Tapi apa takdirku? Harus seperti apa aku?
Mati bosan di jalan lurus atau lelah pada liku-liku tak berujung?
Atau tetap bimbang di tengah mereka?
Pilih yang mana?
Siapa yang menentukan?
Aku atau Tuhan?
Jika aku, Tuhan pasti akan marah jika aku bermain-main di seberang jalan
Tapi mengapa Tuhan tak mencegahku?
Mengapa ada orang kafir jika memang Tuhan ingin aku menyembah-Nya?
Mengapa Tuhan tak mentakdirkan mereka jadi orang baik saja?
Bukankah akan semakin banyak yang menyembah-Nya?
Tapi jika Tuhan bisa membuat segalanya, apa keuntungan bagi-Nya jika kita menyembah?
Mengapa pula Tuhan menciptakan surga dan neraka?
Jika yang menentukan takdir itu Tuhan?
Mungkin itu jadi semacam ujian untuk mencari yang benar-benar setia menyembah-Nya
Tapi mengapa begitu?
Apa Tuhan ingin membuat kita jadi tontonan? Jadi permainan?
Serendah itukah Tuhanku?






Komentar

  1. salam sobat
    bagus banget puisinya
    penuh kesan dan pesan.
    untuk kita semua.

    BalasHapus
  2. poto dan puisinya keren gan! canggih! --- ada yg baru di tempatku gan. mampir yaaaaa :)

    BalasHapus
  3. waaahh...nice bro,, kpn ya aku bisa bikin puisi ??

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Baru, Masalah Baru?

Aku hanya terdiam saat membaca sebuah selebaran dengan logo sebuah lembaga bimbingan belajar di bagian atasnya. Setelah tahu selebaran itu dikeluarkan oleh lembaga bimbingan belajar itu, minatku untuk membacanya semakin menipis. Karena kufikir selebaran itu hanya sebuah media promosi belaka. Selang waktu berganti, saat aku baru mengisi perutku yang langsing inio, aku mampir di sebuah warung kopi tempatku biasa nongkrong, dan kubaca berita di koran sama dengan di selebaran tadi. Jadi akhirnya aku tahu jika selebaran itu bukan hanya media promosi buta. Ini adalah berita besar kawan, yang menginvasi sebagian ruang otakku yang sempit. Menteri pendidikan baru punya program menghapus SNMPTN. Program yang bagus, penghapusan SNMPTN akan mempermudah jalan bagi calon-calon mahasiswa auntuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri yang diminatinya. Nilai UANpun akan lebih dihargai sebagai hasil kerja keras pelajar, karena selama ini nilai UAN hanya sebagai penghias di lembaran SKHUN. Padahal UAN...

Tentang Pembakaran "Bendera Tauhid" oleh Banser

Beberapa hari terakhir ini medsos ramai dengan isu pembakaran bendera  bertuliskan kalimat tauhid. Di twitter, kasus ini sempat menjadi tagar yang paling banyak dipakai di Indonesia, baik dengan #belakalimattauhid maupun #makarberkedoktauhid yang saat saya mengetik tulisan ini masih menjadi yang paling populer di Indonesia.  Di instagram pun demikian, banyak kawan saya yang membicarakan hal ini, dan hampir semua mengutuk tindakan pembakaran tersebut. Saya menulis ini dengan motivasi untuk mengabadikan sudut pandang pribadi saya, yang bisa jadi nanti berubah seiring waktu, dan sebagai pemicu diskusi yang sehat dengan pembaca. Asal muasal kehebohan ini adalah video beberapa anggota Banser Garut yang membakar kain berwarna hitam dengan tulisan Arab berwarna putih. Tulisan tersebut secara harfiah berarti 'Tiada Tuhan selain Allah', lazim disebut kalimat Tauhid oleh pemeluk Islam. Banyak dari saudara muslim yang tersulut emosi setelah menonton video tersebut, n...

Makhluk dari Hutan

Cerita ini bermula saat suatu hari aku dan teman-temanku ikut bimbingan belajar gratis di sebuah Lembaga Bimbingan Belajar di Kota Kediri . Kami berangkat dari sekolah dengan naik sepeda motor. Ngeeng...wuz..membelah keramaian jalan kota, Ngebut. Dan seolah-olah the changcuters ikut mengiringi keberangkatan kami. Gila-gilaan bersama teman-teman, gila-gilaan di akhir pekan. Gila-gilaan , gila-gilaan, gila-gilaan. Sampai di tempat les kami langsung masuk dan ikut les dengan hati riang gembira. setelah satu jam setengah, les usai dan kami sholat di musholla yang ada disana. Aku telah usai sholat saat beberapa temanku baru masuk Musholla, kutaruh tas dan duduk-duduk di depan ruang pengajar yang letaknya bersebelahan dengan Musholla tadi. Kurasakan mulutku kering dan kerongkonganku seperti baru dijemur, lalu aku tengok kanan-kiri mencari teman yang kira-kira membawa air minum (maklum, orang miskin. Eh, memang tuhan sayang aku, kulihat ada dispenser tak jauh dariku. Langsung kuperiksa a...