Langsung ke konten utama

Bicara Tentang Pacaran


"Lebih baik langsung menikah daripada pacaran, aman." Seingatku begitu kata guruku saat berkomentar tentang tren anak muda sekarang : Pacaran. Tak ada yang salah dengan pendapat itu, malah secara sederhana bisa dikatakan benar. Namun saat kata-kata itu diucapkan pada anak-anak usia SMA rasanya terlalu berat. Tentu saja anak SMA belum siap untuk membangun rumah tangga baru diatas kata menikah. Tidur saja masih ikut emak. Selain itu pacaran dianggap banyak sisi negatifnya dibanding yang positif. Sudah sering saya jumpai cewek (saya sebut cewek karena saya anggap belum dewasa) yang hamil disaat masih pacaran. Jadi kesimpulan akhir dari kutipan diawal tadi adalah tidak usah pacaran.


Apa sih enaknya pacaran? mungkin hanya manis diawal, saat sang pasangan baru mengatakan cinta. Jalan-jalan berdua, pergi nonton di bioskop, duduk berdua, bermanja-manjaan, bermesraan, atau yang parah sampai ML. Itu sebagian aktifitas saat pacaran yang saya tahu. Tak ada yang istimewa, kita pun bisa jalan-jalan atau pergi nonton berdua tanpa perlu status pacaran. Kalau ML sih malah menyalahi aturan.


Umumnya ada beberapa alasan yang sering dipakai untuk berpacaran. "Sebagai penambah semangat" itu yang paling sering saya dengar dari kawan-kawan sesama pelajar. Tentunya semangat belajar yang dimaksut disini. Malu dong jika sang pacar dapat nilai 8 sementara kita dapat nilai 6. Alasan ini tentu tak berlaku untuk mereka yang tak lagi bersekolah. Pembelaan yang lain adalah untuk lebih mengenal sang pacar, biar nanti kalau dia jadi istri/suami kita tak perlu lagi acara perkenalan atau penyesuaian. Tapi masalahnya jika pacar kita itu bukan jodoh kita?. Sia-sia saja pengorbanan yang dikeluarkan saat pacaran. Terkadang saya jumpai yang pacaran karena gengsi, takut dibilang tak laku. Ada-ada saja.



Pilihan untuk tidak pacaran juga mempunyai alasan-alasan sendiri. Kalau saya dulu memilih tetap jomblo agar bisa bebas pergi kemanapun dengan siapapun (Kok jadi curhat ya? maaf,hehe,,). Alasan yanfg paling oke adalah yang membawa dalil agama. Dalam islam memang tidak dikenal istilah pacaran. Bahkan cenderung mengharamkan pacaran karena dianggap sebagai sesuatu yang mendekati zina. Memang benar bukan?


Akhirnya semua kita kembalikan pada pribadi masing-masing, karena apapun itu pasti punya sisi baik dan buruk, tinggal bagaimana kita mencegah atau setidaknya meminimalkan sisi buruknya. Saya juga tak akan menyalahkan mereka yang pacaran, karena sayapun demikian. Yang jelas apapun pilihan kita toh lagu-lagu cinta tetap merajai industri musik dalam negeri (apa hubungannya ya?).

Komentar

  1. dalam islam memang tidak ada istilah pacaran... namun boleh saling mengenal satu sama lain sebelum menikah ... pacaran dengan saling mengenal itu satu hal yang sangat berbeda ... wah bisa panjang nih... udah ach... thanks ya

    BalasHapus
  2. Menjalin hubungan dengan siapa saja, harus disertai dg tanggung jawab serta tak melupakan etika dan norma yg ada.
    Masalahnya, hal itu yg sekarang sering terlupakan oleh remaja2 yg dengan sangat mudahnya menuruti emosi mereka.

    BalasHapus
  3. slamat mlm...dtg bergerilya mengunjungi blog sahabat...

    BalasHapus
  4. ijin ikut bicara sob,

    sy ada buku referensi yang menurut sy keren banget utk dibaca n dhadiahin buat tmen2 yang masih pada suka pcran.

    bukunya berjudul "Ijinkan Aku Menikah tanpa Pacaran" karya Burhan Shodiq.

    insya Allah bermanfaat.

    oya ntar klo udah dpt nyari bukunya, bilang2 ya dmna belinya. soalnya sy juga mau beli lagi, krna punya sy udh dihadiahin ke tmen :D

    makasih..

    BalasHapus
  5. yang penting tahu batas-batasnya, bukankah mengenal calon pasangan dengan pendekatan itu penting, tetapi ya jangan dicampurkan dengan nafsu dan tata cara pendekatan yang tidak sejalan dengan norma-norma adat budaya ketimuran dan agama .....

    BalasHapus
  6. emang lebih enak sih langsung nikah.. tapi ada gak ya yang mau nikah sama saya langsung huaaaaaa......

    BalasHapus
  7. numpank kumen...
    yang pentink gag ngapa-ngapain..ya tha???tpi yg namanya zina ada bnyak..jd hruz hati-hati.
    btw ,shireen ma adly ud putus luwh..hehehe

    BalasHapus
  8. .. baggus paa ..
    .. sy sukka (:
    .. laggi dongg paa ..hho,

    BalasHapus
  9. terimaksih semuanya,,,sepertinya saya harus lebih banyak belajar dari mas-mas dan mbak-mbak di atas...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Baru, Masalah Baru?

Aku hanya terdiam saat membaca sebuah selebaran dengan logo sebuah lembaga bimbingan belajar di bagian atasnya. Setelah tahu selebaran itu dikeluarkan oleh lembaga bimbingan belajar itu, minatku untuk membacanya semakin menipis. Karena kufikir selebaran itu hanya sebuah media promosi belaka. Selang waktu berganti, saat aku baru mengisi perutku yang langsing inio, aku mampir di sebuah warung kopi tempatku biasa nongkrong, dan kubaca berita di koran sama dengan di selebaran tadi. Jadi akhirnya aku tahu jika selebaran itu bukan hanya media promosi buta. Ini adalah berita besar kawan, yang menginvasi sebagian ruang otakku yang sempit. Menteri pendidikan baru punya program menghapus SNMPTN. Program yang bagus, penghapusan SNMPTN akan mempermudah jalan bagi calon-calon mahasiswa auntuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri yang diminatinya. Nilai UANpun akan lebih dihargai sebagai hasil kerja keras pelajar, karena selama ini nilai UAN hanya sebagai penghias di lembaran SKHUN. Padahal UAN...

Makhluk dari Hutan

Cerita ini bermula saat suatu hari aku dan teman-temanku ikut bimbingan belajar gratis di sebuah Lembaga Bimbingan Belajar di Kota Kediri . Kami berangkat dari sekolah dengan naik sepeda motor. Ngeeng...wuz..membelah keramaian jalan kota, Ngebut. Dan seolah-olah the changcuters ikut mengiringi keberangkatan kami. Gila-gilaan bersama teman-teman, gila-gilaan di akhir pekan. Gila-gilaan , gila-gilaan, gila-gilaan. Sampai di tempat les kami langsung masuk dan ikut les dengan hati riang gembira. setelah satu jam setengah, les usai dan kami sholat di musholla yang ada disana. Aku telah usai sholat saat beberapa temanku baru masuk Musholla, kutaruh tas dan duduk-duduk di depan ruang pengajar yang letaknya bersebelahan dengan Musholla tadi. Kurasakan mulutku kering dan kerongkonganku seperti baru dijemur, lalu aku tengok kanan-kiri mencari teman yang kira-kira membawa air minum (maklum, orang miskin. Eh, memang tuhan sayang aku, kulihat ada dispenser tak jauh dariku. Langsung kuperiksa a...