Banyak dari kita yang langsung marah
ketika merasa disakiti, dirugikan, atau dipermailnkan oleh orang lain. Kita
marah dan mempertanyakan, mengapa ia berbuat seperti itu pada kita? Padahal
kita tak berdosa padanya.
Bangsa nyamuk yang selalu dimangsa
cicak tak pernah membenci cicak. Mereka hanya takut. Meski mereka selalu merasa
sakit saat tersangkut di lidah cicak. Meski mereka selalu merintih ketika ditelan
hidup-hidup. Saat masih hidup, nyamuk hanya akan selalu berusaha menghindari
cicak, karena mereka melihat teman sebangsanya disakiti oleh bangsa cicak. Ia
tak pernah berpikir mengapa bangsa cicak menyakiti bangsa nyamuk. Ia tak pernah
pula berniat membalas perlakuan bangsa cicak.
Cicak sebenarnya tak pernah berniat
menyakiti nyamuk. Ia tak tahu nyamuk tersiksa saat masuk ke dalam
kerongkongannya. Ia hanya tahu saat itu perutnya kosong. Ia harus makan. Itu
adalah kebiasaan sehari-harinya sejak kecil. Sejak kecil pula ia tahu
makanannya adalah sesuatu yang bertubuh kecil, bersayap, melayang di udara, dan
mengeluarkan suara dengung aneh. Ia akan memakannya meski tak tahu apa namanya,
dan tetap memakannya meski makanan itu terasa bergerak-gerak saat ditelan.
Baginya, gerakan-gerakan “benda” itu adalah sesuatu yang alami. Jika tak
bergerak saat dimakan, berarti bukan makanan. Ia tak pernah menyadari yang ia
makan adalah makhluk hidup, sama seperti dirinya. Makhluk hidup yang merasakan
sakit dan siksaan. Ia hanya tahu makan.
Jika cicak tahu nyamuk kesakitan
olehnya, ia akan merasa iba dan berpikir dua kali untuk mengulangi
perbuatannya. Jika pun nyamuk bisa membalas cicak, ia mungkin tak akan membalas
jika ia tahu cicak tak berniat menyakitinya. Cicak tak sadar usahanya untuk
makan menyakiti nyamuk.
Kadang saat orang menyakiti kita,
mereka tak tahu telah membuat kita sakit. Mereka hanya mampu melihat dari sisi
mereka. Di saat seperti itu, perlu kesabaran untuk sekedar memberitahukan
kesakitan kita, tanpa perlu membuang yenaga untuk marah.
Komentar
Posting Komentar